Andai Hidup di Zaman Taurat, Kita Jadi Pengikut Firaun atau Nabi Musa?

Ilustrasi Firaun. (Dok: Ist)

PRIBUMI.co.id, Khazanah – Dikisahkan dalam Alquran surah An-Nazi’at ayat 24, Firaun mengaku sebagai tuhan yang paling tinggi di hadapan seluruh rakyatnya. Saat itu tak ada satu pun yang berani membantah, lantaran Firaun terkenal sebagai penguasa yang kejam.

Suatu waktu, Raja Firaun bermimpi, Kota Mesir hangus dilalap api yang berasal dari arah Baitul Maqdis.  Penasaran akan mimpinya, ia pun mengumpulkan peramal yang tersohor di masanya.

Para peramal itu pun akhirnya menafsirkan mimpi sang raja, akan lahir seorang bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menghancurkan kota Mesir dan Firaun.

Mengetahui hal itu, ia pun memerintahkan para algojonya untuk menyembelih setiap bayi laki-laki yang lahir, agar ramalan itu tak terwujud.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Alhasil, seorang bayi laki-laki mungil lolos dari aksi kejam dari para algojo Firaun.

Yah, dia Nabi Musa AS, bayi yang dihanyutkan di sungai Nil di dalam kotak hitam yang diselamatkan oleh Asiyah, istri Firaun sendiri.

“Ini anakku,” ungkap Siti Asiyah yang saat itu meyakini sebagai hadiah dari langit.

Baca Juga :  Wahai Istri Saleha, Ini 5 Nasehat untuk Raih Ridha Suami

Asiyah kemudian menemui Firaun dan merayu agar diizinkan merawat bayi kecil yang kemudian diberi nama Musa itu.

Firaun yang dihantui ketakutan atas tafsir mimpinya, awalnya meminta bayi tersebut agar dibunuh.

“Tidak, anak ini tetap harus disembelih. Aku takut, jika dia berasal dari kalangan Bani Israil, kemudian menghancurkan kerajaan kita,” kata Firaun kepada Asiyah.

Tak putus asa, Asiyah terus merayu Firaun. Ia pun diizinkan merawat Musa kecil, hingga mencarikan perempuan yang akan menyusui bayi mungil itu, tak lain adalah ibu kandung Musa sendiri yang berasal dari Bani Israel.

Musa kecil dirawat hingga dewasa dan menjadi laki-laki perkasa, cerdas dan bijak. Pada akhirnya memang Musa memerangi Firaun seperti diramalkan para ahli tafsir mimpi.

Sekadar diketahui, Nabi Musa AS mendapat wahyu berupa kitab Taurat usai diselamatkan dari kejaran Firaun beserta bala tentaranya dan setelah melewati puasa selama 30 hari di bulan Zulkaidah.

Baca Juga :  Buat Apa Berusaha Jika Hasil Ditentukan Allah? Begini Jawaban Islam!

Nah, andai kita hidup pada zaman itu, kira-kira kita jadi pengikut siapa, Firaun atau Nabi Musa? Mungkin kita akan menjawab ikut Musa.

Tapi tahukah Anda, Firaun saat itu yang membangun kota Mesir beserta infrastrukturnya, di antaranya Piramida.

Selain itu, raja kejam tersebut kaya raya, punya bala tentara banyak dan kuat, banyak pengikut yang bisa memberi perlindungan dan jaminan.

Sementara Nabi Musa, siapa dia? Hanya seorang penggembala kambing, bicara saja tidak fasih alias cadel, akibat pernah memakan bara api diwaktu bayi. Hanya memiliki sebatang tongkat butut.

Masih yakin mau ikut Nabi Musa?

Nabi Musa saat itu hanya sebagai penjaga kambing, tiba-tiba mau mengajak umatnya menyeberangi lautan tanpa memakai sampan, tanpa perahu, tanpa kapal. Apakah yakin kita mau ikut Nabi Musa?

Betapa sesungguhnya manusia zaman Firaun dan zaman sekarang, tidak Ada bedanya.

Di zaman sekarang ini, mayoritas manusia tergila-gila pada harta, wanita, pangkat, jabatan, pujian, rayuan alias cinta keduniawian.

Renungkanlah!

Wallahu a’lam bish-shawabi

Dapatkan Berita Terupdate dari Pribumi.co.id di: